Tentang Maaf yang Tak Pernah Usai
Sewaktu kecil dulu ayah menyuruhku membalas perbuatan kawan yang melempar batu ke kepalaku. “Kau pergi cari dia, kau lempar kepala kawan kau itu,” suara Ayah sangat lantang sampai terdengar ke rumah Wak Ana. Ia marah aku cuma menangis sesegukan. “Laki-laki harus jantan,” katanya menutup perintah. Sontak aku ke luar rumah, kutunggu kawanku itu. Aku melihat… Read More Tentang Maaf yang Tak Pernah Usai